Sejarah Komunikasi Visual
Sejak
jaman pra-sejarah manusia telah mengenal dan mempraktekkan komunikasi visual.
Bentuk komunikasi visual pada jaman ini antara lain adalah piktogram yang
digunakan untuk menceritakan kejadian sehari-hari pada Jaman Gua (Cave Age),
bentuk lain adalah hieroglyphics yang digunakan oleh bangsa Mesir. Kemudian
seiring dengan kemajuan jaman dan keahlian manusia, bentuk-bentuk ini beralih
ke tulisan, contohnya prasasti, buku, dan lain-lain. Dengan perkembangan
kreatifitas manusia, bentuk tulisan ini berkembang lagi menjadi bentuk-bentuk
yang lebih menarik dan komunikatif, contohnya seni panggung dan drama; seperti
sendratari Ramayana, seni pewayangan yang masih menjadi alat komunikasi yang
sangat efektif hingga sekarang.
Sebagai suatu profesi, desain
komunikasi visual baru berkembang sekitar tahun 1950-an. Sebelum itu, jika
seseorang hendak menyampaikan atau mempromosikan sesuatu secara visual, maka ia
harus menggunakan jasa dari bermacam-macam “seniman
spesialis”. Spesialis-spesialis ini antara lain adalah visualizers (seniman
visualisasi); typographers (penata huruf), yang merencanakan dan mengerjakan
teks secara detil dan memberi instruksi kepada percetakan; illustrators, yang
memproduksi diagram dan sketsa dan lain-lain.
Dalam perkembangannya, desain
komunikasi visual telah melengkapi pekerjaan dari agen periklanan dan tidak hanya
mencakup periklanan, tetapi juga desain majalah dan surat kabar yang
menampilkan iklan tersebut. Desainer komunikasi visual telah menjadi bagian
dari kelompok dalam industri komunikasi – dunia periklanan, penerbitan majalah
dan surat kabar, pemasaran dan hubungan masyarakat (public relations).
Desain Komunikasi Visual dan Seni Murni
Desain
Komunikasi Visual bukan seni murni. Seorang seniman pada bidang seni murni
terkadang mempunyai penonton atau pengamat hanya satu (seniman itu sendiri),
dimana karya seni tersebut merupakan ekspresi emosi dan perasaan dari seniman
itu sendiri yang pada akhirnya bertujuan untuk memuaskan diri seniman tersebut.
Sedangkan seorang desainer komunikasi visual menghadapi lebih dari satu
pengamat yang kadangkala bisa mencapai jutaan orang, dimana desainer itu harus
dapat memahami dan menginterpretasikan permintaan seseorang atau sekelompok
orang ke dalam suatu karya desain yang pada akhirnya bertujuan untuk memuaskan
orang atau sekelompok orang itu.
Pengertian Dan Fungsi Desain
Komunikasi Visual
Desain
komunikasi visual adalah desain yang mengkomunikasikan informasi dan pesan yang
ditampilkan secara visual. Desainer komunikasi visual berusaha untuk
mempengaruhi sekelompok pengamat. Mereka berusaha agar kebanyakan orang dalam
target group (sasaran) tersebut memberikan respon positif kepada pesan visual
tersebut. Oleh karena itu desain komunikasi visual harus komunikatif, dapat
dikenal, dibaca dan dimengerti oleh target group tersebut.
Seorang
desainer komunikasi visual yang profesional harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang luas tentang komunikasi visual. Selain visualisasi dan bakat
yang baik dalam berkomunikasi secara visual, ia juga harus mempunyai kemampuan
untuk menganalisa suatu masalah, mencari solusi masalah tersebut dan
mempresentasikan secara visual. Alat-alat canggih seperti komputer dan printer
yang up-to-date hanya berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan
produktifitas. Dalam perkembangannya selama beberapa abad, desain komunikasi visual
mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu sebagai sarana identifikasi, sebagai sarana
informasi dan instruksi, dan yang terakhir sebagai sarana presentasi dan
promosi.
a.
Desain Komunikasi Visual sebagai sarana identifikasi
Fungsi
dasar yang utama dari desain komunikasi visual adalah sebagai sarana
identifikasi. Identitas seseorang dapat mengatakan tentang siapa orang itu,
atau dari mana asalnya. Demikian juga dengan suatu benda atau produk, jika
mempunyai identitas akan dapat mencerminkan kualitas produk itu dan mudah
dikenali, baik oleh produsennya maupun konsumennya. Kita akan lebih mudah
membeli minyak goreng dengan menyebutkan merek X ukuran Y liter daripada hanya
mengatakan membeli minyak goreng saja. Atau kita akan membeli minyak goreng
merek X karena logonya berkesan bening, bersih, dan “sehat”.
b.
Desain Komunikasi Visual sebagai sarana informasi dan instruksi
Sebagai sarana informasi dan
instruksi, desain komunikasi visual bertujuan menunjukkan hubungan antara suatu
hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi dan skala; contohnya
peta, diagram, simbol dan penunjuk arah. Informasi akan berguna apabila
dikomunikasikan kepada orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat,
dalam bentuk yang dapat dimengerti, dan dipresentasikan secara logis dan
konsisten. Simbol-simbol yang kita jumpai sehari-hari seperti tanda dan rambu
lalu lintas, simbol-simbol di tempat-tempat umum seperti telepon umum, toilet,
restoran dan lain-lain harus bersifat informatif dan komunikatif, dapat dibaca
dan dimengerti oleh orang dari berbagai latar belakang dan kalangan. Inilah sekali
lagi salah satu alasan mengapa desain komunikasi visual harus bersifat
universal.
c.
Desain Komunikasi Visual sebagai sarana presentasi dan promosi
Tujuan dari desain komunikasi visual
sebagai sarana presentasi dan promosi adalah untuk menyampaikan pesan,
mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan
tersebut dapat diingat; contohnya poster. Penggunaan gambar dan kata-kata yang
diperlukan sangat sedikit, mempunyai satu makna dan mengesankan. Umumnya, untuk
mencapai tujuan ini, maka gambar dan kata-kata yang digunakan bersifat
persuasif dan menarik, karena tujuan akhirnya adalah menjual suatu produk atau jasa.
Elemen-Elemen Dalam Desain
Komunikasi Visual
Untuk dapat berkomunikasi secara
visual, seorang desainer menggunakan elemen-elemen untuk menunjang desain
tersebut. Elemen-elemen yang sering digunakan dalam desain komunikasi visual
antara lain adalah tipografi, simbolisme, ilustrasi dan fotografi. Elemen-elemen ini bisa digunakan
sendiri-sendiri, bisa juga digabungkan. Tidak banyak desainer komunikasi visual
yang sangat “fasih” di setiap bidang ini, tetapi kebanyakan mempunyai kemampuan
untuk bervisualisasi. Seorang desainer komunikasi visual harus mengenal
elemen-elemen ini. Jika ia tidak dapat mengambil sebuah foto tentang kejadian
tertentu, maka ia harus tahu fotografer mana yang mampu, bagaimana mengemukakan
keinginannya dan bagaimana memilih hasil akhir yang baik untuk direproduksi. Ia
juga harus dapat membeli dan menggunakan ilustrasi secara efektif, dan
seterusnya.
Tipografi adalah seni menyusun huruf-huruf
sehingga dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain. Tipografi digunakan sebagai metode untuk
menerjemahkan kata-kata (lisan) ke dalam bentuk tulisan (visual). Fungsi bahasa
visual ini adalah untuk mengkomunikasikan ide, cerita dan informasi melalui
segala bentuk media, mulai dari label pakaian, tanda-tanda lalu lintas, poster,
buku, surat kabar dan majalah. Karena itupekerjaan seorang tipografer (penata huruf)
tidak dapat lepas dari semua aspek kehidupan sehari-hari.
Menurut Nicholas Thirkell, seorang
tipographer terkenal, pekerjaan dalam tipografi dapat dibagi dalam dua bidang,
tipografer dan desainer huruf (type designer). Seorang tipografer berusaha
untuk mengkomunikasikan ide dan emosi dengan menggunakan bentuk huruf yang
telah ada, contohnya penggunaan bentuk Script untuk mengesankan keanggunan,
keluwesan, feminitas, dan lain-lain. Karena itu seorang tipografer harus
mengerti bagaimana orang berpikir dan bereaksi terhadap suatu image yang diungkapkan
oleh huruf-huruf. Pekerjaan seorang tipografer memerlukan sensitivitas dan
kemampuan untuk memperhatikan detil. Sedangkan seorang desainer huruf lebih
memfokuskan untuk mendesain bentuk huruf yang baru.
b. Desain dan Simbolisme
Simbol
telah ada sejak adanya manusia, lebih dari 30.000 tahun yang lalu, saat manusia
prasejarah membuat tanda-tanda pada batu dan gambar-gambar pada dinding gua di
Altamira, Spanyol. Manusia pada jaman ini menggunakan simbol untuk mencatat apa
yang mereka lihat dan kejadian yang mereka alami sehari-hari.
Dewasa
ini peranan simbol sangatlah penting dan keberadaannya sangat tak terbatas
dalam kehidupan kita sehari-hari. Kemanapun kita pergi, kita akan menjumpai
simbol-simbol yang mengkomunikasikan pesan tanpa penggunaan kata-kata.
Tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, hotel, restoran, rumah sakit dan
bandar udara; semuanya menggunakan simbol yang komunikatif dengan orang banyak,
walaupun mereka tidak berbicara atau menggunakan bahasa yang sama.
c.
Desain dan Ilustrasi
Ilustrasi
adalah suatu bidang dari seni yang berspesialisasi dalam penggunaan gambar yang
tidak dihasilkan dari kamera atau fotografi (nonphotographic image) untuk
visualisasi. Dengan kata lain, ilustrasi yang dimaksudkan di sini adalah gambar
yang dihasilkan secara manual. Pada akhir tahun 1970-an, ilustrasi menjadi tren
dalam Desain Komunikasi Visual. Seorang ilustrator seringkali mengalami
kesulitan dalam usahanya untuk mengkomunikasikan suatu pesan menggunakan
ilustrasi, tetapi jika ia berhasil, maka dampak yang ditimbulkan umumnya sangat
besar.
Karena
itu suatu ilustrasi harus dapat menimbulkan respon atau emosi yang diharapkan
dari pengamat yang dituju. Ilustrasi umumnya lebih membawa emosi dan dapat
bercerita banyak dibandingkan dengan fotografi, hal ini dikarenakan sifat
ilustrasi yang lebih hidup, sedangkan sifat fotografi hanya berusaha untuk
“merekam” momen sesaat. Saat ini ilustrasi lebih banyak digunakan dalam cerita
anak-anak, yang biasanya bersifat imajinatif. Contohnya ilustrasi yang harus
menggambarkan seekor anjing yang sedang berbicara atau anak burung yang sedang
menangis karena kehilangan induknya atau beberapa ekor kelinci yang sedang
bermain-main. Ilustrasi-ilustrasi yang ditampilkan harus dapat merangsang
imajinasi anak-anak yang melihat buku tersebut, karena umumnya mereka belum
dapat membaca.
d.
Desain dan Fotografi
Ada dua bidang utama di mana seorang
desainer banyak menggunakan elemen fotografi, yaitu penerbitan (publishing) dan
periklanan (advertising). Beberapa tugas dan kemampuan yang diperlukan dalam
kedua bidang ini hampir sama. Menurut Margaret Donegan dari majalah GQ, dalam
penerbitan (dalam hal ini majalah) lebih diutamakan kemampuan untuk bercerita
dengan baik dan kontak dengan pembaca; sedangkan dalam
periklanan (juga dalam majalah) lebih diutamakan kemampuan untuk menjual produk
yang diiklankan tersebut.
Kriteria seorang fotografer yang
dibutuhkan oleh sebuah penerbitan juga berbeda dengan periklanan. Dalam
penerbitan, fotografer yang dibutuhkan adalah mereka yang benar-benar kreatif
dalam “bercerita”, karena foto-foto yang mereka ambil haruslah dapat “bercerita” dan
menunjang berita yang diterbitkan. Sedangkan dalam periklanan, fotografer yang
dibutuhkan adalah mereka yang kreatif dan jeli, serta mempunyai keahlian untuk
bervisualisasi. Contohnya, jika sebuah penerbit hendak menerbitkan berita
tentang perampokan, maka fotografer harus berusaha untuk mengambil foto-foto
yang dapat menunjang berita tersebut, misalnya suasana di sekitar tempat
kejadian, korban, saksi mata dan lain-lain.
Fotografi
sangat efektif untuk mengesankan keberadaan suatu tempat, orang atau produk.
Sebuah foto mempunyai kekuasaan walaupun realita yang dilukiskan kadangkala
jauh dari keadaan yang sesungguhnya. Selain elemen-elemen ini, seorang desainer
perlu mengerti tentang konsep dasar pemasaran dan hubungannya dengan
visualisasi. Ia juga perlu mempunyai kemampuan untuk bekerja dengan rapi dan tepat. Ia juga perlu
mempunyai kemampuan untuk bersosialisasi (people skills) untuk menghadapi
klien, supplier, sub kontraktor, percetakan dan lain-lain.
Dewasa ini, seorang desainer
komunikasi visual tidak hanya berspesialisasi di salah satu bidang aplikasi.
Contohnya, seorang desainer yang bekerja di sebuah periklanan, tidak akan hanya
mendesain iklan untuk suatu produk saja, tetapi mungkin juga bertugas untuk
mendesain kemasan, katalog dan logo dari produk tersebut.
Berikut beberapa lapangan kerja
seorang desainer komunikasi visual :
1. Periklanan
- Desainer
- Pemasaran (Account Executive)
- Tenaga Kreatif (Creative Director)
- Produksi
- Penulis Naskah (Copywriter, Typesetter)
- Staf
- dan lain-lain
2. Studio Desain
- Desainer
- Pemasaran (Account Executive)
- Tenaga Kreatif (Creative Director)
- Produksi
- Penulis Naskah (Copywriter,
Typesetter)
- Desainer Lepas (Freelance)
- Dan lain-lain
3. Ilustrasi
- Ilustrator
- Kartunis
- Animator
- dan lain-lain
4. Komputer Graphis
- Operator
- Komputer Ilustrator
- Desainer
- dan lain-lain
5. Foto
- Fotografer
- Pembuat Slides
- Operator Camera
- Pencetak
- dan lain-lain
6. Percetakan
- Printer
- Operator mesin cetak
- Produksi
- Typesetter
- dan lain-lain
Sesuai
dengan situasi dan kondisi ekonomi sekarang ini, seorang desainer komunikasi
visual dituntut untuk mampu “ber-multi fungsi”. Ia tidak hanya bertugas
mendesain saja, namun kadangkala ia juga dituntut untuk dapat “menjual” hasil
desainnya, mengawasi jalannya produksi suatu brosur atau iklan dan lain-lain
Karena itu kemampuan dasar dan kemampuan menggunakan alat-alat canggih seperti
komputer serta kemampuan untuk bersosialisasi (people skill), di samping
kemampuan dan pengetahuan yang luas tentang desain itu sendiri adalah modal
plus yang sangat menunjang karir seorang desainer komunikasi visual.
Pemanfaatan Desain Komunikasi Visual dalam Website
Web Murah - Apa yang sebenarnya kita lakukan
dengan website kita adalah berkomunikasi. Barang kali kita menggunakan facebook
yang sederhana, itu adalah juga dalam rangka berkomunikasi. Atau mungkin kita
menggunakan sebuah website pribadi kita, itu adalah juga bentuk komunikasi.
Bahkan ketika sebuah institusi besar yang menggunakan sebuah website yang sarat
dengan sitem aplikasi yang sangat rumit, pada dasarnya hal itu adalah bentuk
komunikasi.
Sebagai sebuah bentuk
komunikasi, website menerapkan komunikasi audio, komunikasi visual, dan
komunikasi tertulis. Namun demikian yang sebenarnya paling menonjol dari
komunikasi pada sebuah website adalah komunikasi visualnya. Hal ini karena
hampir semua pengguna komputer menggunakan komputer yang kompatibel dengan
fitur-fitur visual. Komunikasi secara audio tidak begitu menonjol karena selain
tidak semua pengguna menggunakan komputer yang ada sarana audionya, juga komunikasi
audio ini memerlukan kapasitas cukup besar.
Secara umum sebenarnya manfaat
komunikasi visual sama dengan manfaat komunikasi secara umum. Yang pertama
adalah sebagai sarana untuk menayampaikan informasi. Ketika sebuah perusahaan
ingin memberitahukan berbagai layanan yang mereka miliki, maka perusahaan tersebut
akan menyusunnya secara baik, sehingga informasi tersebut dapat ditangkap
dengan mudah oleh pengunjung web mereka. Di sinilah diperlukannya desain
komunikasi visual, sehingga berbagai informasi yang disampaikan dapat
benar-benar lengkap sekaligus dapat secepat mungkin dibaca. Kita dapat membuat
informasi yang lengkap tetapi lama dipahami oleh pengunjung web. Tentu hal itu
bukan sesuatu yang memiliki desain komunikasi visual yang baik. Demikian juga
hal yang sebaliknya, ketika orang dapat membuat informasi yang mereka sampaikan
dapat dengan cepat diterima ,tetapi tidak diterima dengan lengkap tentunya itu
juga bukan desain komunikasi visual yang baik.
Sebagaimana kita ketahui bahwa
dalam menyampaikan informasi sebuah website akan bersaing dengan banyak website
lain yang juga bertujuan yang sama. Ketika website itu tidak mampu menarik dan
menyampaikan informasi dengan cepat, maka pengunjung akan segera berpindah ke
website lain untuk mengakses informai yang sama. Di sinilah sebenarnya
pertarungan desain itu terjadi dalam dunia website.
Selain memberi informasi,
seringkali komunikasi visual itu bertujuan untuk memerintahkan orang lain.
Sebagai contoh ketika mendaftar akun email, maka kita harus melakukan
langkah-langkah tertentu. Sehingga tujuan dari desain yang ditampilkan di situ
adalah agar kita melakukan pengisisan form yang tersedia. Sehingga kita
diperintah oleh web tersebut. Dengan desain komunikasi visual yang baik, semua
perintah tersebut akan dilaksanakan oleh pengunjung website. Akan tetapi dengan
desain komunikasi visual yang buruk, maka perintah yang diharapkan tidak akan
dilaksanakan. Tidak dilaksanakan itu bisa karena perintahnya tidak jelas atau
karen memang tidak menarik untuk dilaksanakan. Hal ini sangat ditentukan oleh
desain komunikasi visualnya.
Selain untuk menyampaikan
perintah dan informasi desain komuniasi visual juga bertujuan untuk menunjukkan
identitas tertentu. Misalkan kita ingin menunjukkan sebagai orgaisasi yang
ramah lingkungan, maka kita desain dengan warna-warna dominan hijau. Kita ingin
terlihat sebagai organisasi dinamis, maka kita desain dengan warna yang
bervariasi, dan sebagainya. Yang pada intinya desain yang dibuat akan
mempengaruhi persepsi orang tentang kita. Atau menunjukkan identitas kita
sebagai sebuah institusi.
Kesimpulan
Desain
Komunikasi Visual merupakan suatu bidang baru yang sedang dan akan terus
berkembang. Dalam era globalisasi ini peran Desain Komunikasi Visual tidak
terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari dan menjadi sangat penting. Manusia
dengan kesibukan sehari-hari yang menyita sebagian besar waktunya, cenderung
mengutamakan efektivitas. Efektivitas dapat dicapai dengan mengkomunikasikan
suatu informasi atau pesan secara visual.
Hari
yang menyita sebagian besar waktunya, cenderung mengutamakan efektivitas.
Efektivitas dapat dicapai dengan mengkomunikasikan suatu informasi atau pesan
secara visual.Seiring dengan majunya tingkat kecerdasan manusia, banyak
diantara kita yang memiliki kecenderungan dan “fasih” dalam bervisualisasi,
sehingga mempermudah tujuan dan fungsi dari Desain Komunikasi Visual itu
sendiri yaitu sebagai sarana identifikasi, sarana informasi dan instruksi, dan
sarana presentasi dan promosi.
Desain
sendiri adalah suatu evolusi. Untuk sebagian orang, desain merupakan suatu
perjalanan atau proses yang menyenangkan. Apa yang kita pikirkan dalam proses
itu bercerita tentang diri kita dan proses kreatifitas. Selain itu, mengajarkan
kita bagaimana sebuah desain yang berhasil lahir dari berbagai proses mencoba
dan gagal (trial and error). Pada akhirnya, hasil dari desain itulah yang
tentunya mendapatkan pengakuan, tetapi prosesnya yang membuat hasil itu menjadi
berarti.
Eugene Delacroix :
Kita bekerja bukan hanya untuk berproduksi, tetapi untuk membuat waktu
menjadi berharga.
Kepustakaan
- Abbey, Norman. Notes. Art 50A.
Pasadena City College, Pasadena, California. 1992
- Arntson, Amy E. Graphic Design
Basics, Holt, Reinhart and Winston, Inc., Orlando. 1988
- Cotton, Bob. The New Guide to
Graphic Design. Phaidon, Oxford. 1990
- De Neve, Rose. The Designer’s Guide
to Creating Corporate I.D. Systems. North Light Books, Cincinnati, Ohio.
1992
- Falzone, Michael. Notes. Graphic
Design II. American College for the Applied Arts, Los Angeles, California.
1994
- Hollis, Richard. Graphic Design A
Concise History. Thames & Hudson Ltd., London. 1994
- Lawson, Bryan. How Designers Think
.The Architectural Press Ltd., London. 1980
- Marquand, Ed. Graphic Design
Presentations. Van Nostrand Reinhold, New York. 1986
- Napoles, Veronica. Corporate
Identity Design. Van Nostrand Reinhold, New York. 1988
- Supon Design Group. Design in
Progress. Nippan Publication, Carson, California. 1992.
- http://mastoro.blogdetik.com/tag/pemanfaatan-desain-komunikasi-visual-dalam-website/
- http://www.ahlidesain.com/elemen-elemen-dalam-desain-komunikasi-visual.html